ANALISIS SURAH
AL-FATIHAH AYAT KE-6 BERDASARKAN TAFSIR IBNU KATSIR
NAMA : SITI
HADIJAH
KELAS/NPM : VIF/116210090
TUGAS KE-6 : SEMANTIK
Soal :
Kenapa dalam surah Al-Fatihah pada
kalimat “Ihdinassirathal mustaqim” Artinya adalah Tunjukilah kami jalan yang
lurus. Kenapa harus kata “Di jalan yang “lurus”? Bukan di jalan yang “benar”?
Jawab :
Artinya: Tunjukilah kami pada jalan yang lurus[11]
1. Analisis Berdasarkan Tafsir Ibnu Kasir
Merupakan suatu hal yang
baik bila seorang yang mengajukan permohonan kepada Allah Swt terlebih dahulu
memuji-Nya, setelah itu baru memohon kepada-Nya apa yang dia hajatkan-juga buat
saudara-saudara yang beriman-melalui ucapannya, "Tunjukilah kami kepada jalan
yang lurus." Cara ini lebih membawa kepada keberhasilan dan
lebih dekat untuk diperkenankan oleh-Nya; karena itulah Allah memberi mereka
petunjuk cara ini, mengingat Ia paling sempurna. Adakalanya permohonan itu
diungkapkan oleh si pemohon melalui kalimat berita yang mengisahkan keadaan dan
keperluan dirinya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi Musa a.s. dalam
firman-Nya: "Ya Tuhanku,sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu
kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (Al-Qasas: 24)
Al-hidayah atau hidayah
yang dimaksud dalam ayat ini ialah bimbingan dan taufik (dorongan). Lafaz hidayah ini adakalanya muta'addi dengan sendirinya,
sebagaimana yang terdapat dalam ayat di bawah ini : "Tunjukilah kami jalan yang
lurus" (Al-Fatihah: 6) Maka al-hidayah mengandung
makna "berilah kami ilham atau berilah kami taufik, atau anugerahilah
kami, atau berilah kami”. Makna hidayah dalam ayat-ayat di atas
ialah bimbingan dan petunjuk, begitu pula makna yang terkandung di dalam firman
lainya, yaitu: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus" (Asy-Syuura: 52)
Mengenai as-siraatal mustaqiim, menurut Imam Abu
Ja'far ibnu Jarir semua kalangan ahli takwil telah sepakat bahwa yang dimaksud
dengan siraatal mustaqiim ialah "jalan yang
jelas lagi tidak berbelok-belok (lurus)" Penegrtian ini berlaku di kalangan
semua dialek bahasa Arab
Menurutnya, syawahid (bukti-bukti) yang
menunjukan pengertian tersebut sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya.
Kemudian ia mengatakan, "Setelah itu orang-orang Arab menggunakan sirat ini dengan makna isti'arah (pinjaman), lalu
digunakan untuk menunjukan setiap ucapan , perbuatan, dan sifat baik yang lurus
atau yang menyimpang. Maka jalan yang lurus disebut mustaqiim, sedangkan jalan yang
menyimpang disebutmu'awwij". Selanjutnya ungkapan para ahli tafsir
dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf berbeda dalam menafsirkan lafaz
sirat ini, sekalipun pada garis besarnya mempunyai makna yang sama, yaitu
mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya
Telah diriwayatkan bahwa
yang dimaksud dengan sirat ialah Kitabullah alias Al-Qur'an. Ibnu Abu Hatim
mengatakan telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah
menceritakan kepadaku Yahya ibnu Yaman...dari Al - Haris Al-A'war sendiri, dari
Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda : "Siraatal Mustaqiim adalah
Kitabullah." Menurut pendapat lain , siraatal mustaqim adalah
al-islam (agama Islam). Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa Malaikat Jibril pernah berkata kepada Nabi Muhammad Saw.,
"Hai Muhammad, katakanlah, 'Tunjukilah kami jalan yang lurus" Makna
yang dimaksud ialah "berilah kami ilham jalan petunjuk, yaitu agama Allah
yang tiada kebengkokan di dalamnya" maimun ibnu Mihran meriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan firman-Nya:"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (Al-Fatihah: 6) Bahwa
makna yang dimaksud dengan "jalan yang lurus" itu adalah "agama
Islam".
2. Analisis Berdasarkan
Hadis
Dalam hadis berikut yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya disebutkan telah
meriwayatkan kepada kami Al-Hasan ibnu Siwar Abul Ala...dari An-Nawwas ibnu
Sam'an, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: "Allah membuat suatu
perumpamaan, yaitu sebuah jembatan yang lurus, pada kedua sisinya terdapat dua
tembok yang mempunyai pintu-pintu terbuka, tetapi pada pintu-pintu tersebut
terdapat tirai yang menutupinya, sedangkan pada pintu masuk ke jembatan itu
terdapat seorang penyeru yang menyerukan 'Hai manusia, masuklah kalian semua ke
jembatan ini dan janganlah kalian menyimpang darinya.' dan diatas jembatan
terdapat pula seorang juru penyeru; apabila ada seseorang hendak membuka salah
satu dari pintu-pintu (yang berada pada kedua sisi jembatan) itu, maka juru
penyeru berkata, 'Celaka kamu, janganlah kamu buka pintu itu, karena
sesungguhnya jika kamu buka niscaya kamu masuk ke dalamnya." Jembatan itu
adalah agama Islam, kedua tembok adalah batasan-batasan (hukuman-hukuman had)
Allah, pintu-pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah,
sedangkan juru penyeru yang berada di depan pintu jembatan adalah Kitabullah,
dan juru penyelamat yang berada di atas jembatan itu adalah nasihat Allah yang
berada dalam kalbu setiap orang muslim."
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu
Jarir meriwayatkan melalui hadis Abun Naqdr Hasyim ibnul Qasim, telah
menceritakan kepada kami Hamzah ibnul Mugiroh, dari Asim Al-Ahwal, dari Abul
Aliyah mengenai makna "Tunjukilah kami ke jalan yang benar" bahwa
yang dimaksud dengan jalan yang benar adalah Nabi Saw. sendiri dan kedua sahabat
yang menjadi khalifah sesudahnya (yaitu Abu Bakar dan Umar r.a.) Asim
mengatakan "Lalu kami ceritakan pendapat tersebut kepada Al-hasan, maka
Al-Hasan berkata, 'Abul Aliyah memang benar dan telah menunaikan nasihatnya'.
Semua pendapat di atas
adalah benar, satu sama lainnya saling memperkuat, karena barang siapa
mengikiuti Nabi Saw. dan kedua sahabatnya yang sesudahnya (yaitu Abu bakar dan
Umar r.a.) berarti mengikuti jalan yang hak (benar ; dan barang siapa yang
mengikuti jalan yang benar , berarti dia mengikuti jalan Islam. barang siapa
mengikuti jalan islam berarti mengikuti Al-Qur'an, yaitu Kitabullah atau tali Allah yang
kuat atau jalan yang lurus. Semua definisi yang telah dikemukakan di atas
benar, masing-masing membenarkan yang lainnya. Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fadl As-Siqti ...dari Abu Wa'il dari
Abdullah yang mengatakan bahwa siraatal mustaqim itu ialah apa yang
ditinggalkan oleh Rasullulah Saw buat kita semua dan Imam Abu Ja'far ibnu Jarir
rahimahullah mengatakan bahwa takwil yang lebih utama bagi ayat berikut, yakni: "Tunjukilah kami jalan yang
lurus" (Al- Fatihah: 6) ialah "berilah kami taufik
keteguhan dalam mengerjakan semua yang Engkau ridai dan semua ucapan serta
perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang yang telah Engkau berikan
nikmat taufik di antara hamba-hamba-Mu", yang demikian itu adalah siraatal mustaqiim (jalanyang lurus)
Dikatakan demikian karena orang yang telah diberi taufik untuk mengerjakan
semua perbuatanyang pernah dilakukan oleh orang-orang yang telah mendapat
nikmat taufiq dari Allah di antara hamba-hamba-Nya yakni dari kalangan para
nabi, para siddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang saleh-berarti dia telah
mendapat taufik dalam Islam, berpegang teguh kepada Kitabullah, mengerjakan
semua yang diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta
mengikuti jejak Nabi Saw. dan empat khalifah sesudahnya serta jejak setiap
hambayang saleh. Semua itu termasuk kedalam pengertian
siraatal mustaqiim (jalan yang lurus).
3. Analisis Berdasarkan SEMANTIK
Berdasarkan analisis semantik, jalan yang lurus dalam hal ini merupakan
jalan yang diinginkan umat manusia yang meminta taufiq dan hidayah kepada jalan yang
lurus yang tidak ada kebengkokan padanya. Artinya jalan yang merupakan suatu
ilmu tentang kebenaran dan pengalaman yang dapat menyampaikan kepada Allah Swt.
untuk mengharap surga dan pemuliaan-Nya di akhirat kelak. Selain itu kata-kata
“jalan yang lurus” termasuk ke dalam makna stilistika, yaitu gaya pemilihan kata
sehubung dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam
masyarakat. Karena itulah penggunaan kata “lurus” lebih tepat dari pada kata
“benar” sesuai dengan bidang keagamaan, jalan yang
lurus yang dimaksudkan adalah jalan hidup yang benar yang dapat membuat bahagia
di dunia dan akhirat dan sesuai dengan yang diridhoi Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar